Bersepeda
Bersepeda adalah sebuah kegiatan rekreasi atau olahraga, serta merupakan salah satu moda transportasi darat yang menggunakan sepeda. Banyak penggemar bersepeda yang melakukan kegiatan tersebut di berbagai macam medan, misalnya bukit-bukit, medan yang terjal maupun hanya sekedar berlomba kecepatan saja.
Olahraga bersepeda profesional dinamakan balap sepeda.
Orang yang mempergunakan sepeda sebagai moda transportasi rutin juga dapat disebut komuter. Penggunaan sepeda sebagai moda transportasi rutin tidak hanya dilakukan oleh pekerja yang bekerja di sektor non-formal, tetapi juga dilakukan oleh pekerja yang bekerja di sektor formal.
Para pekerja di sektor formal yang menggunakan sepeda sebagai moda transportasi rutin ini sebagian besar tergabung dalam komunitas pekerja bersepeda atau yang dikenal dengan nama Bike To Work Indonesia
Dalam olahraga bersepeda, kita akan mengalami empat gaya utama: gaya angin,
gaya hambat udara, gaya gesekan, dan gaya gravitasi. Fred Rompelberg dari
Belanda berhasil mengefisienkan usaha dari gaya-gaya ini sehingga ia
berhasil memecahkan rekor dunia untuk kecepatan tertinggi dengan 268,83
km/jam pada tanggal 3 Oktober 1995.
Gaya angin
Dalam bersepeda, angin yang berembus berlawanan arah dengan arah gerak si
pengendara sepeda merupakan penghambat yang sangat menjengkelkan. Energi si
pengendara akan terkuras banyak untuk melawan hambatan angin ini.
Bayangkan, untuk mempertahankan kecepatan 15 km/jam di tengah angin yang
bertiup dengan kecepatan 10 km/jam saja kita akan kehilangan sekitar 800
kalori setiap menitnya. Tetapi angin juga bisa menjadi faktor yang
mempercepat gerakan sepeda jika arah tiupan angin searah dengan arah maju
sepeda.
Gaya hambat udara (drag force)
Di samping angin yang bertiup kencang, udara sendiri dapat menjadi
penghambat bagi si pengendara sepeda. Tubuh manusia yang duduk tegak di
atas sepeda merupakan bentuk yang sangat tidak aerodinamik karena
mengacaukan aliran udara sehingga memaksakan terbentuknya dua daerah dengan
tekanan yang berbeda.
Daerah di belakang tubuh pengendara sepeda bertekanan rendah, sementara
daerah di depan tubuh bertekanan tinggi. Perbedaan tekanan ini
mengakibatkan tubuh pengendara terdorong ke arah belakang. Semakin cepat
sepeda bergerak, semakin besar gaya dorong ini. Ini mencegah si pengendara
untuk mengayuh sepeda secepat-cepatnya.
Besarnya drag force ini sebenarnya dapat diminimalisasi dengan
mengaplikasikan bentuk yang paling aerodinamik, yaitu bentuk yang
streamline (ramping) yang dapat menembus udara dengan lebih mulus. Ini
dilakukan dengan membungkukkan badan. Dalam suatu lomba bersepeda, para
atlet bukan saja beradu kekuatan untuk menjadi yang tercepat, tetapi justru
beradu teknik untuk memaksimalkan efisiensi aerodinamik yang dapat dicapai
(gambar 2).
Selain penempatan posisi tubuh yang baik, desain roda dan kerangka sepeda
yang tepat juga dapat mengurangi tahanan udara. Kerangka sepeda yang
berbentuk bulat digantikan oleh rancangan bentuk yang oval, sementara
bentuk roda yang bergerigi digantikan oleh bentuk cakram (disc) yang dapat
memperkecil turbulensi (gejolak udara) dan drag force saat berputar (gambar
3).
Cara lain untuk memperkecil drag force adalah dengan melakukan teknik
drafting, yaitu bersepeda beriringan sambil memanfaatkan pusaran-pusaran
udara (arus eddy) yang tercipta tepat di belakang pengendara terdepan untuk
menarik pengendara berikutnya sehingga energi yang dibutuhkan menjadi lebih
kecil (mirip dengan gerakan migrasi angsa yang membentuk huruf V).
Semakin kecil jarak antara pengendara terdepan dengan pengendara
berikutnya, semakin efisien penggunaan energi oleh kedua pengendara.
Pengendara terdepan dibantu oleh penggunaan arus eddy oleh pengendara
berikutnya walaupun total energi yang dikeluarkan tetap lebih besar dari
energi yang dikeluarkan pengendara yang berada tepat di belakangnya.
Formasi bersepeda yang membentuk grup semacam ini dikenal sebagai formasi
peloton dan echelon (formasi menyamping ke kiri maupun kanan). Para
pengendara yang membentuk formasi semacam ini dapat menghemat energi sampai
40 persen. Pengendara sepeda profesional bahkan melakukan drafting pada
jarak beberapa cm saja untuk menghemat energi (gambar 4).
Gaya gesekan
Dalam bersepeda, kita akan mengalami beberapa macam gaya gesekan: gaya
gesekan antara permukaan kulit dengan udara, gaya gesekan kelahar sepeda,
dan gaya gesekan antara roda dengan jalan. Gaya gesekan antara permukaan
kulit dengan udara walaupun tidak sebesar drag force kadang sangat
menjengkelkan pula. Ini dapat menjadi factor penting dalam menentukan
kemenangan seorang atlet balap sepeda.
Gesekan ini dapat dikurangi dengan menggunakan pakaian bersepeda yang tepat
(skinsuit). Bayangkan, seorang yang duduk tegak dengan pakaian biasa dapat
menaikkan kecepatannya dari 10 km/jam menjadi 20 km/jam dengan menggunakan
pakaian yang tepat dan posisi yang aerodinamik.
Gaya gesekan kelahar sepeda dapat dikurangi dengan menggunakan oli.
Sedangkan gaya gesekan antara roda dengan jalan (rolling resistance) dapat
dikurangi dengan memompa ban cukup keras. Ban yang kempes akan sangat
menguras energi kita.
Gaya gravitasi
Gaya gravitasi memegang peranan penting saat pengendara sepeda melewati
bukit. Gaya ini menarik kita ke bawah. Kita harus memberikan ekstra energi
untuk melawan gravitasi ini ketika kita hendak menanjak bukit. Semakin
tajam tanjakan bukit, semakin besar energi yang dibutuhkan untuk menaiki
tanjakan ini. Namun, ketika kita menuruni bukit, gravitasi menjadi faktor
yang berguna. Gravitasi mendorong sepeda turun lebih cepat (gambar 5).
Gaya gravitasi juga dapat membuat sepeda tidak seimbang. Cobalah duduk di
atas sepeda yang diam, apa yang kita alami? Kita akan merasa tidak stabil
dan hendak jatuh, bukan? Mengapa? Gravitasilah penyebabnya. Tetapi mengapa
sepeda yang bergerak tidak jatuh?
Misalkan sepeda sedang bergerak lurus dan agak miring ke kanan. Gravitasi
akan membuat sepeda jatuh ke sebelah kanan. Agar sepeda tidak jatuh, kita
harus belokan sepeda ke kanan sedikit. Usaha ini menghasilkan gaya
sentrifugal yang akan mendorong sepeda ke kiri. Gaya sentrifugal inilah
yang mengompensasi gaya gravitasi sehingga kita tidak jadi jatuh ke kanan.
Sebaliknya jika kita hendak jatuh ke kiri, kita harus belokkan sepeda ke
kiri agar gaya sentrifugalnya ke kanan. Itu sebabnya kalau diamati,
lintasan sepeda berkelok-kelok.
Gaya sentrifugal ini besarnya tergantung pada kecepatan sepeda. Semakin
cepat sepeda, semakin besar gaya sentrifugalnya. Sehingga pada waktu sepeda
bergerak cepat, kita tidak perlu membelokkan sepeda terlalu tajam. Itu
sebabnya lintasan sepeda yang bergerak cepat terlihat agak lurus (tidak
terlalu berkelok-kelok).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar